TUMBUH bersama, mengejar mimpi yang sama, dan akhirnya sukses merupakan kisah manis yang ingin diraih anggota boy band manapun.
Tak sedikit yang mampu mewujudkan cita-cita itu, tapi banyak di antara mereka yang melupakan manisnya kebersamaan ketika popularitas diraih.
Personel Hey! Say! JUMP (HSJ) contoh yang mampu merajut kekompakan, mengharmonisasikan kesuksesan grup dan individu.
Sejak terbentuk tahun 2007, personel HSJ tetap ramai, saling menggoda dan menjaili, saling mengapreasiasi, dan tentu saja saling menyayangi layaknya saudara.
Tiap Anggota Memainkan Peran Dalam Persahabatan Yang Kian Erat
Tidak ada boy band yang tidak punya kisah di balik layar. Kecemasan, rasa haru, khawatir, sedih, kesepian, hingga air mata pasti pernah dirasakan tiap remaja yang melakukan masa pelatihan.
Tidak ada boy band yang tidak punya kisah di balik layar. Kecemasan, rasa haru, khawatir, sedih, kesepian, hingga air mata pasti pernah dirasakan tiap remaja yang melakukan masa pelatihan.
Bagi cowok-cowok HSJ, rasa itu juga ada. Tapi biasanya susah senang, bukan cuma mereka sendiri yang mencicipi. Dalam kesulitan selalu ada teman di samping mereka.
Digambarkan tiap anggota HSJ, awalnya hubungan mereka canggung. Tapi lambat laun kebekuan mencair.
Digambarkan tiap anggota HSJ, awalnya hubungan mereka canggung. Tapi lambat laun kebekuan mencair.
Kesulitan macam apa yang mereka temui di awal karier? Okamoto yang dikenal sebagai pekerja keras, dag-dig-dug bukan main sejak manggung dalam konsep junior.
“Takut orang bilang, ‘Oh si Okamoto kok bisa debut juga?’” ujarnya kepada majalah Myojo, Desember 2008. Maklum Okamato sering dihubung-hubungkan dengan ayahnya, Kenichi Okamoto, mantan anggota grup rock keluaran Johnny’s Entertainment, Otokogumi.
Si bungsu Morimoto merasa gerakan belum semulus dan sesiap teman-temannya, juga diterpa keraguan di awal karier. Pengalaman Inoo lain lagi.
“Saat dipanggil nama kami satu per satu di tiap konser, rasanya enggak menyangka nama saya ikut dipanggil. Sepertinya saya ingin pulang saja (saking gugup).” Juga dirasakan Yaotome Hikaru dan Nakajima Yuto. “Momen debut terasa terlalu besar untuk saya,” kata Nakajima. “Nervous. Senang,” kenang Takaki Yuya.
Di situlah Yabu Kota berperan. “Saya yang tertua dan harus siap membuat yang lain nyaman,” terangnya. Yabu dibantu Hikaru Yaotome, dengan kompak mendorong yang lain untuk menyelaraskan langkah. Dan berhasil! “Saya dulu ingin semua bisa sejajar,” kata Yaotome.
Tapi kepedulian sesama anggota tidak cuma sampai di situ. Ingat, Yabu Kota khawatir setengah mati melihat Chinen Yuuri melakukan aksi flying trapeze di Summary 2010.
Mungkin itu cuma secuplik kisah yang tertangkap kamera. Di luar itu pastilah ada banyak kisah yang lebih “dalam” yang luput dari pantauan. Awalnya HSJ tidak mengenal kata leader. Namun karena Yabu Kota punya cukup pengalaman dan anggota tertua, banyak orang menyebutnya leader.
“Ketika melihat grup lain (Arashi, KAT-TUN dll) saya baru sadar semua anggota tertua didapuk menjadi leader. Ya, sudah inilah saya,” terang Yabu Kota.
Kompak dan Lebih Terasa Seperti Keluarga
Tumbuh bersama sebagai satu grup sudah barang tentu membuat mereka dekat. HSJ ruamh mereka, tempat mereka kembali meski sudah melanglang dengan karier solo. “Jump benar-benar hangat. Meskipun saya punya banyak aktivitas, saya selalu kembali ke Jump dan merasa nyaman. Inilah yang terbaik,” terang Yamada Ryosuke, cowok kelahiran 9 Mei 1993.
Tumbuh bersama sebagai satu grup sudah barang tentu membuat mereka dekat. HSJ ruamh mereka, tempat mereka kembali meski sudah melanglang dengan karier solo. “Jump benar-benar hangat. Meskipun saya punya banyak aktivitas, saya selalu kembali ke Jump dan merasa nyaman. Inilah yang terbaik,” terang Yamada Ryosuke, cowok kelahiran 9 Mei 1993.
Persahabatan mereka membuat mereka seperti keluarga. Chinen Yuuri menemukan “kakak” yang dikagumi pada sosok Daiki Arioka. Bahkan kisah soal dia suka duduk di pangkuan Daiki Airoka sudah tersebar luas.
Chinen Yuuri juga dengan polosnya menyebut nama Yamada Ryosuke ketika sesi wawancara dengan Ohno Satoshi. Dan bersemu merah begitu ditegur Ohno.
Kisah persaudaraan di HSJ yang paling membuktikan kekompakan mereka saat terjadi serangan fans fanatik HSJ. Yamada Erika (namanya gabungan antara nama marga Ryosuke dan namanya sendiri—red), yang berkemah di depan rumah Ryo, menguntit ke mana Ryo pergi.
Lebih parah secara diam-diam memasang kamera tersembunyi di sekitar rumah Ryo. Mungkin sebegitu cintanya, tapi tak ayal Erika menerima gelombang protes sesama penggemar. Termasuk dari Ryo dan rekan-rekannya di HSJ.
“Kenapa mesti kemah di depan rumah saja, menanti saya? Saya juga ingin pergi ke sekolah. Tapi kenapa segala sesuatunya berlebihan. Jika penggemar, seharusnya tahu apa artinya itu untuk saya,” keluh Ryo kecewa.
Nakajima Yuto ikut membela. “Kenapa mesti memasang kamera tersembunyi di rumah Yama-chan? Kenapa memburu dan mengikuti kami? Ayolah ikuti saja dengan cara biasa,” pintanya. Inoo Kei bilang.
“Bukan berarti fans bisa berbuat sesukanya.” Ya, HSJ bisa sangat tegas, tapi juga sangat manis kepada penggeamr. Terbukti mereka memberi kado terindah kepada penggemar lewat lagu “Arigatou Sekai no Doko ni Itemo” “Tiap tahun kekompakan kami bertambah 2 persen,” canda Yamada Ryosuke.
“Enggak apa-apa, yang penting dalam kerja sama 100 persen,” pungkas Nakajima. So sweet.
0 komentar:
Posting Komentar